Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Atasi Cemburu Agar Diri Tak Terbakar Karenanya





Pembahasan rasa ini memang sangat unik. Sebuah rasa yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu pengertian merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya.

Namun, jika pengertian tersebut lebih cenderung negatif, cemburu juga tidak luput dari sebuah rasa yang dibahas dalam islam. Sebuah rasa yang fitrah bagi seorang insan. Bahkan, sesungguhnya Allah cemburu, orang beriman cemburu dan cemburuNya Allah jika seorang mu’min melakukan apa yang Allah haramkan atasnya (HR. Imam Ahmad, Al Bukhori dan Muslim)

Kompleks rasa itu karena berdampak pada sikap yang kadang sulit dimengerti oleh akal sehat. Begitu pula dengan adab. Karena dikuasai rasa itu, adab bisa saja tertabrak. Tidak terpikir pantas atau tidak.
Kecemburuan yang ada terkadang timbul dibumbui oleh situasi yang mendukung dan keadaan yang menimbulkan prasangka datang. Sehingga jangankan heran jika perasaan cemburu ditingkahi oleh sikap yang menimbulkan kondisi tidak nyaman.

Dan apakah kecemburuan yang menguasai seseorang dapat dikendalikan? Malu, akhlak dan kembali adab yang mampu menahannya. Sekelas istri Rosulullohpun pernah dikuasainya. Sehingga sebenarnya kecemburuan itu adalah hal yang wajar. Tapi lebih indah jika usaha menahannya sesuai dengan keindahan sikap.

Sangatlah tidak mudah. Dari banyaknya rasa yang sulit untuk dikendalikan atau butuh ekstra perjuangan untuk mengendalikannya. Yah, tergantung juga dengan tingkat besar tidaknya kecemburuan itu.

Untuk itu penting mengenali rasa cemburu yang mulai terjangkit, mengenali akar mengapa rasa itu tiba-tiba muncul di dalam dada, mengapa seolah-olah kemarahan timbul dari dalam diri yang ingin diungkapkan. Tidak banyak juga, kecemburuan tersimpan rapat. Namun, kecemburuan yang menimbulkan kemarahan bahkan fatalnya bisa juga menimbulkan sikap tidak nyaman dan bahkan mengganggu orang-orang sekitar.

Kecemburuan terbaik meliputi irinya kita terhadap amalnya seorang muslim. Cemburu pada orang-orang yang menjadikan kebaikan di sekitar langkahnya, sedangkan diri kita masih berkelimpangan dengan maksiat.

Terlebih-lebih cemburu ini, pada sikapnya Abu Bakar terhadap Rosululloh, pemahaman hubungan antara Umar dengan Nabi SAW dan simpatinya Rosul terhadap Ustman yang pemalu. Duhai, mana yang lebih indah dari hubungan itu. Dan sunggu hubungan yang mungkin tidak pernah kita temui lagi walaupun sekiranya kita cemburu setengah mati.