Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gugusan Bintang dan Konfigurasi Hidup



 Lemparlah pandanganmu pada langit malam. Disana akan banyak cerita tentang bulan, lautan bintang dan mungkin juga planet. Bintang yang bertaburan adalah anugrah Tuhan pada mata kita saat melepas pandangan ke langit malam. 

Keindahan alam malam, bisa jadi karena bintang-bintang yang bermain cahaya, pantulan dari matahari. Begitu menariknya bintang bertaburan sehingga manusia mengelompokkan letak bintang menjadi kelompok yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Atau bisa di kenal dengan rasi bintang atau gugusan bintang (Q.s. Al Buruj :1)

Dalam tradisi yunani, kita mengenal zodiak, yaitu penamaan rasi bintang yang diwariskan pada abad pertengahan. Bahkan zodiak, tidak hanya sekedar rasi bintang namun dihubungkan tentang ramalan masa depan. Awalnya zodiak dikenal hanya 12, namun kini ada pertambahan menjadi  13. Dengan penambahan nama bintang ophiuchus.

Pada masa sebelum alat navigasi petunjuk arah ada, bintang dengan ilmu tertentu menjadi petunjuk arah bagi para petualang dimasa lalu. Sedangkan dalam Al Qur’an, fungsi bintang selain menjadi petunjuk arah, juga di fungsikan sebagai penghias langit. Seperti dalam surat Al Mulk ayat 5, Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang” (Q.s Al Mulk: 5 ).

Manusia berteman dengan hidupnya. –bintang menjaga catatan Lauh Mahfudz

                Hidup manusia sudah tercatat dalam lauh mahfudz. Catatan Allah tentang hidup seseorang, bagaimana dia hidup, matinya, masalah yang akan dihadapi, pasangannya atau apapun yang menyangkut hidup seorang hamba jika sudah berada di dunia, lengkap tercatat dalam lauh mahfudz dari permulaan zaman sampai akhir zaman. Semua takdir sudah tercatat. Kita sebagai makhluk tidak mampu mengetahui  hal itu semua.

                Namun, kadang setan membuat kita gelisah tentang masa depan, sehingga banyak manusia yang ingin sekali tahu apa yang terjadi tentang itu. Hal tersebut, menyebabkan banyak  usaha manusia agar mengetahui tentang apa yang terjadi di masa depan. Misalnya dengan mepercayai ramalan bintang atau zodiak, garis tangan dan pancaran bola kristal yang di lihat oleh para dukun atau para normal.

                Atau bisa di bilang, langkah mempercayai ramalan-ramalan adalah upaya untuk mengobati ketergesa-gesahan seoarang manusia mengetahui apa yang terjadi. Karena memang hidup itu bukan siaran tunda, hidup adalah siaran langsung yang terkadang membuat hati selalu berdebar-debar menatap setiap kejadian dalam hidup, walaupun terkadang tidak selalu begitu bagi seseorang yang sudah mampu mengendalikan energi keingintahuannya terhadap takdir.

                Sesungguhnya, manusia tidak akan mampu melihat masa depan tersebut. Seperti yang dikatakan tadi, semua sudah tercatat di Lauh Mahfudz, tidak ada yang tahu selain Allah. Sekuat apapun usaha tersebut, hasilnya tidak ada guna. Malah, kemungkinan kita akan terjerumus dalam lemahnya akidah.

                Kalaupun ada dari para peramal yang mampu mendapatkan rahasia masa depan, itu karena mereka dibantu oleh para jin dari golongan setan. Mereka yang mencuri segala rahasia yang tertulis didalamnya untuk menipu manusia. Karena informasi yang ada tidak sempurna di dapatkan, bisa hanya sebagian atau hanya permukaannya saja.

                Mereka tidak benar-benar mendapatkan rahasia tersebut, karena sebelum tuntas rahasia itu terdengar, para malaikat akan menjadikan bintang-bintang sebagai alat pelempar setan. Inilah salah fungsi lain dari bintang-bintang ciptaan Allah. Seperti dalam surat Al Mulk : 5 dan Al Hijr ayat 16-18.

Manusia menanti matinya 

                Kecemasan masa depan, terkadang mengikat langkah seseorang. Bagaimanapun juga segala nasib telah tercatat pasti pada catatan Allah. Prinsipnya, dicemaskan atau tidak kita pasti akan menghadapinya. 

                Apapun yang tercatat dalam lauh mahfudz, bukan berarti tidak dapat dirubah. Dapat dirubah, ya hanya dengan otoritas Allah saja. Tugas sebagai hamba, yang kehidupannya dalam genggaman Allah, hanya diperkenankan meminta takdir baik dengan berdoa padanya. Berdoa sendiri adalah bentuk penghambaan dan kelemahan kita sebagai manusia. 

                Kalaupun soal takdir yang sudah tercatat dalam lauh mahfudz tidak dapat kita pilih, tapi hidup yang bagaimana dapat kita pilih. Allah membebaskan manusia untuk berbuat baik atau jahat. Sehingga sesuai dengan hukum kekekalan energi, tidak ada yang hilang dari energi yang kita keluarkan, ia hanya berubah bentuk, berikan kebaikan atau kejahatan maka ia akan kembali. 

                Hal yang pasti dalam sebuah kehidupan adalah mati. Tidak ada yang abadi. Saat itu adalah bagi seorang hamba dipertemukan dengan Tuhannya. Diantara milyaran penduduk bumi, Allah menakdirkan kita sebagai hambaNya yang beriman padaNya. Hal itu tentunya, sudah tercatat dalam takdir hidup kita. Kita diperkenankan untuk mengenalNya, beriman dan percaya hari persaksiaan nanti.  Hari yang sudah dijanjikan (Q.s. Al Buruj : 2). Manusia yang sudah mati kelak tetap akan menunggu datangnya hari yang telah dijanjikan. Menunggu ditemani amalan di dunia, entah baik atau buruk. Dan amalan tersebut menjelma sesuai dengan yang dikerjakan. Rupanya pun bisa baik atau buruk. Tergantung amal yang dikerjakan.

Manusia dengan persaksiaannya 

                Saat hari kiamat telah tiba, peradilan sebenarnya di gelar. Saat itu manusia saling menyaksikan perbuatan masing-masing (Q.s. Al Buruj :3), dan Allah menjadi saksi atas apa yang telah manusia perbuat. Tidak ada yang mampu mengelak. 

                Kasih sayang Allah lah yang dapat merangkul kita ke pelukan hangatnya, pertolongan Dia adalah harapan akhir. Safaat Rosullulloh, S.A.W. juga harapan kita. Dan celakanya bagi seorang anak manusia yang mengingkari keberadaan Tuhannya (Q.s. Al Buruj : 4-8), dan justru menjadi penghalang penghambaan terhadap Allah terlaksana di muka bumi.  Seperti pernah diceritakan, yaitu para pembesar Najran di Yaman, mereka membuat parit yang diisi kayu bakar guna membinasakan manusia yang mengaku keesaan Allah. Maka akan dijanjikan binasa bagi mereka.

                Karena segala kekuasaan dimuka bumi ini, hanya dimiliki oleh Allah. Kerajaan yang mencangkup langit dan bumi (Q.s Al Buruj : 9). Berlari kemana pun, Allah lah pemain tunggal. Apapun kehendaknya adalah titah kita menjalaninya.

                Tapi ingatlah, kasih sayang Allah teramat indah, karunianya telah takdirkan kita mengenal Dia sebagai Tuhan kita. Terpilih sebagai hambanya.

DS, 14 Juni 13
Resume dan mengembangan dari  kajian  oleh Ustz. Fathiyah Khatib Lc, MA
Dengan tema Q.s. Al Buruj

Q.s. Al Buruj 1-9
1). Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. 2). Dan demi hari yang dijanjikan 3). Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan. 4). Binasalah oang-oang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman. 5). Yang berapi (yang mempunyai kayu bakar), 6). Ketika mereka duduk disekitarnya. 7). Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin 8). Dan mereka menyiksa orang mukmin hanya karena beriman kepada Allah yang Maha perkasa, Maha terpuji. 9). Yang memiliki kerajaan langit dan Bumi. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.