Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rutinitas : Jangan Terpenjara Karenanya




Tidak ada yang dapat memenjarakan pikiranmu, sekalipun itu sebuah rutinitas.


Pernah ada yang bilang kalau kau hanya melakukan rutinitas? Kalau saya ada. Hal itu kadang membuat saya berpikir –sedikit termenung--. Apa yang harus saya lakukan setelah mendengar hal itu? Melangkah menjauh dari rutinitas atau tetap enjoy dengan rutinitas tersebut. Awalnya saya merasa terkritisi, seolah-olah yang yang saya lakukan secara berulang-ulang tersebut tidak memiliki nilai sehingga saya harus meninggalkannya, dan mencari hal yang lebih valueable.

Tapi, ada yang pertanyaan yang menyeruak dalam benak saya mengenai kegiatan rutinitas, bukankan kita membentuk karakter kita dengan sebuah rutinitas –baca kebiasaan--, jadi menurut saya jika rutinitas yang kita lakukan bernilai baik tak ada salahnya untuk di pertahankan, namun tidak ada salahnya juga kalau kita mulai bergerak memikirkan inovasi diri, yah, paling tidak, cara kita mengembangkan diri untuk lepas dari kejenuhan. Atau menyatakan perbaikan terhadap sebuah rutinitas keburukan. Karena dampak langsung dari sebuah rutinitas adalah kejenuhan atau sebaliknya bisa sangat terlalu ‘nyaman’.

Terkunci

Jika memang tubuh kita terkunci oleh sebuah rutinitas, dan tak mampu beranjak. Rasanya sungguh sangat tidak berdaya. Hal itu lah, yang paling saya hindari. Kalau memang pekerjaan utama kita hanya sebuah rutinitas, tapi pikiran kita bisa bebas menerbangkan imajinasi.

Bagi saya, imajinasi itu sangat penting untuk mengembangkan pikiran, membuat ritmenya tidak kaku dan bernada indah. Saya tidak mau terjebak pada sebuah rutinitas yang memenjarakan imajinasi saya, dan berdampak tidak mampu mengkritisi apa yang telah terjadi di depan saya. Itulah yang membuat saya benar-benar ‘mati’.

Saya juga tidak mau imajinasi hanya sampai sebatas imajinasi saja, saya biasanya mencatat lintasan pikiran yang menurut saya baik, atau menggaris bawahi sebuah kata-kata yang menyengol saya.

Saat ini, imajinasi saya mengatakan untuk saya melakukan langkah kedepan. Tapi apa? Imajinasi saya belum berbicara. Mungkin suatu saat saya akan berlari dari rutinitas ini. Ada yang punya ide atau saran? Nanti akan saya petimbangkan. Tuh kan, saya memang tidak konsisten. :)

DS, 26 November 2011
“Kita adalah apa yang dilakukan berulang-ulang” oleh Aristoteles.