Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contra Flow dalam Hidup: Berani Melangkah Beda atau Hanya Keegoisan?




Melawan arus. Jika bus transjakarta, banyak menemui pro dan contra mengenai regulasi melawan arus, maka manusia pun yang mencoba melawan arus juga mendapati pro dan contra, minimal di dalam hatinya.

Sebenarnya melawan arus tidak identik dengan sebuah ‘perlawanan’ atau ‘kondisi protes’, melawan arus juga bisa di katakan sebagai bentuk usaha, bisa di sebut inovasi dan revolusi.

Karena hidup itu adalah sebuah perjalanan, maka kondisi dalam perjalanan itu memerlukan aturan agar sesuai dengan yang kita kehendaki dalam hidup –rumitkah?. Saat kita mencoba berbeda dengan orang lain atau berbeda dengan kebiasaan yang berjalan, itulah keadaan melawan arus. Entah, skalanya kecil atau besar.

Mengindahkan Pandangan Orang Lain

Kondisi dimana sulit bagi kita menyatakan berbeda dengan orang lain, apalagi keadaan itu telah berlangsung lama. Biasanya kita berpikir ulang untuk melakukan hal tersebut –pemikiran ulang itu baik, agar nanti tidak salah langkah—tapi, beberapa orang ada yang melakukan tindakan contra flow tanpa ragu –berbeda dengan orang lain menjadikannya exis--, sebenarnya tergantung bagaimana kasusnya, dan hal yang menyebabkan tindakan contra flow.

Fokus terhadap tindakan contra flow yang mengarah kebaikan. Apalagi contra flow terhadap sebuah kebiasaan adat, aturan keluarga atau mungkin aturan yang tidak tertulis yang justru, banyak orang lebih patuh terhadap aturan tersebut.

Sangat mustahil bagi kita untuk membuat semua senang. Mengindahkan pandangan orang, sedangkan di kepala kita berkecamuk sebuah pemikiran yang menyatakan contra. 

Walaupun, tidak semua yang di kepala kita adalah benar, tapi mencoba mengungkapkan sebuah tindakan kontra dalam pikiran kita adalah hal yang wajar, dan nantinya jika hal tersebut melahirkan contra juga, kita bisa melaratnya, tentunya dengan alasan yang bisa kita terima.

Contra flow, tidak selamanya berbahaya. Tapi, contra flow juga tidak boleh dilandasi keegoisan. Begitu?


DS, 16 February 2011
Saat sarapan pagi, menikmati nasi uduk dan teh buatan sendiri.
Dan nikmat Allah semakin menghangat.