Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lelah Berujung Akan Berarti Nanti

Lelah


Aku merindu menikmati waktu yang membuatku lelah, saat lelah yang akhirnya menjadi mengasikkan, lelah yang ku keluhkan waktu itu. Masa yang telah lewat, setahun lalu, sebulan lalu, seminggu lalu atau sehari yang lalu.


Aku lelah saat kepalaku pening memikirkan seseorang --karena saat itu cemasku tak kunjung pergi--, lelah menyelesaikan banyak tugas, lelah bagaimana meningkatkan kualitas diri, lelah karena menghabiskan waktu untuk bermain dan lelah dari hanya sekedar menonton televisi –bagiku menonton pun yang pada dasarnya hiburan tetap saja akan melelahkan--. Tapi, ternyata lelah-lelah itu ku rindukan. Karna dari berbagai kelelahan itu, aku merasakan sesuatu dari itu. Cemas hadir, gembira muncul, marah lewat, sedih berlalu dan saat perenungan kini syukurku membanjiri setiap bilik hatiku.


Semakin waktu yang terlewat satu hal yang mengalami degredasi parah yaitu kemesraanku dengan Allah, kemajuanku dalam pertambahan ilmu, dan kedewasaan dalam berfikir yang juga tidak matang. Aku ini memang tak pernah memadai soal itu.

Sudahkah aku berlelah-lelah untuk itu? atau kelelahanku selama ini hanyalah sebuah kelelahan dalam arti sebenarnya.

Saat aku menyadari banyak waktu yang terlewat, di kepalaku seperti tertanam sebuah klakson yang diam-diam mengagetkan

Ya Allah, jutaan detik telah ku lewati, dan ngeri rasanya jika suatu saat aku menghadapMU, apa yang harus aku bicarakan padaMu.

Seharusnya ada hasil dari rutinitas kelelahan kita selama ini. Aku pun belum tahu apa?

Duren Sawit, 6 April 2010