Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melampaui Kehilangan: Memahami Rotasi Hidup, Kompromi, dan Keberanian



Kehidupan seolah berrotasi berganti arah. Datang dan pergi adalah hak pasti sebuah kehidupan pada habitat yang dinamakan dunia.

Kalau memang daun harus lepas dari tangkainya, biarkan saja. Kalau ada anak ayam pergi meninggalkan induknya, sudah selayaknya.

Tapi, bagaimana dengan aku? berita itu sepertinya mengacaukan susunan syaraf dalam otakku untuk berpikir logis. Mau di bilang berat, tidak juga. Tapi, bisa membuat hatiku mendadak melankolis.

Kehilangan.

Harus siap! harus yakin semua akan baik-baik saja. Aku harus mampu menghadapi sebuah kepergian. Toh, kepergian itu semata untuk menjemput kebahagiaan.

Pada saat aku berpikir bahwa akan berat nantinya, terselip optimis dalam diriku. Ku tumpuk semua semangat positif. Kelak, akupun akan menjemput sebuah harapan yang aku telah semai diam-diam.

“Hanya masalah waktu saja!”

Memang benar, Cuma masalah waktu. Sekarang bagimana hatiku ini --yang sebenarnya rapuh—benar-benar mampu meyakininya. Anggaplah ini sebagai terapi penghangat mata yang memanas menahat air yang hampir luruh –kuyakini ini sebagai rasa haru bukan ketakutan akan kesendirian—

Hatiku masih meraba-raba. Bagaimanakah cara dia untuk kompromi dengan keadaan. Apalagi ini adalah sebuah keniscayaan.


Duren Sawit, 08 April 2010